Friday, July 22, 2016

Presiden Dukung Gerakan Ayo Hormati Guru

Jasa Service ads.id
Presiden Joko Widodo memandang gerakan "Ayo Hormati Guru" yang digalakkan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), sanggup menjadi gerakan nasional. Kepintaran tanpa kecerdikan pekerti dan intehritas berdasarkan Jokowi tidak ada artinya lantaran justru sanggup menjadi malapetaka. Itu sebabnya, dia ingin meminta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir sanggup juga menjalankan aktivitas itu sebagai gerakan nasional.

Hal itu disampaikan Jokowi ketika memberi sambutan pada aktivitas Musyawarah Nasional ke-VIII Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Rabu (9/11/2016). Dalam Acara tersebut, Ketua Umum LDII Abdullah Syam mengatakan, pihaknya sekarang tengah menggalakkan gerakan 'Ayo Menghormati Guru'.

"Saya oke apa yang disampaikan beliau, Bapak Kyai Abdullah Syam, bapak ketua umum mengenai gerakan 'Ayo Menghormati Guru'. Saya sepakat, sangat oke sekali. Itu kita kembali pada huruf kita, huruf bangsa kita," kata Jokowi.

Jokowi mencontohkan negara Jepang dan Korea. Di sana, yang namanya guru dan orang yang lebih renta sangat dihormati.

"Di Jepang aku lihat juga di Korea, yang namanya kepada orang tua, yang namanya kepada senior, selalu jikalau ketemu 'haik', sambil gini (menunduk, memberi salam ala orang Jepang-red). 'Haik'. Ini sebuah penghormatan. Kita dulu juga punya, tahun-tahun 1970-an, aku masih ingat dengan yang lebih senior niscaya menunduk, jikalau ada yang duduk niscaya gini (sikap siap-red). Ke mana itu?" terang Jokowi.

"Ada yang namanya Jepang, negara yang dengan kemajuan teknologi yang sangat tinggi masih memegang itu. Korea masih, masih. Senioritas, kepada orang yang lebih tua," kata Jokowi.

Jokowi oke bangsa Indonesia kembali pada huruf bangsa. Jika kecerdikan pekerti tidak terus-menerus dijalankan, Jokowi khawatir bangsa Indonesia lupa hal-hal yang sangat mendasar, huruf bangsa. Dia mengingat, sekitar 1970-an, perilaku saling menghormati menjadi huruf bangsa Indonesia.

"Tahun 70-an aku ingat, dengan yang lebih senior pasti, menunduk. Ke mana itu? Kalau dengan guru, aku SD tahun 70-an, begitu guru datang, kelihatan dari jauh, (siswa) sudah mengantri di depan gerbang sekolah, rebutan memegang sepeda bapak/ibu guru. Salami dulu, kemudian pegang (sepeda), rebutan. Inilah kita kehilangan huruf itu," kata Jokowi.


Itu sebabnya, Jokowi menjelaskan, pemerintah memprioritaskan pembangunan sumber daya insan dengan fokus dalam pendidikan vokasional. Menurut Jokowi, Indonesia harus berguru dari SDM Korea Selatan dan Jepang yang dilatih dengan sangat serius ibarat impian industri pasar.

"Meski mereka pintar, mereka pandai, mereka menguasai teknologi, tapi jikalau tidak didampingi keimanan yang baik, tidak didampingi kejujuran yang baik, tidak didampingi dengan integritas yang baik, tidak didampingi dengan kecerdikan pekerti yang baik, tidak ada artinya. Bisa juga jadi sebuah malapetaka," kata Jokowi.

Untuk itu, lanjut Jokowi, dia ingin budaya menghormati guru kembali digalakkan. Bahkan dia ingin gerakan tersebut menjadi gerakan berskala nasional.

"Inilah hal-hal yang aku senang sekali di LDII ada gerakan 'Ayo Menghormati Guru'. Dan aku nanti akan bisikkan kepada Mendikbud bahwa ini juga menjadi gerakan nasional kita. Kalau enggak diingatkan, lupa kita semua. Hal-hal yang sangat basic, sangat fundamental huruf bangsa kita," kata Jokowi.


Presiden telah mendukung gerakan Ayo Hormati Guru. Bagaimana dengan Anda?





= Baca Juga =